Rabu, 08 April 2009

Parakanmuncang

Isi
Wawacan Kumbanglalana
Wawacan Layang Seh
Wawacan Panganten Tujuh
Wawacan Parikesit
Sajarah Turunan Parakanmuncang
Wawacan Samaun
Wawacan Si Ogin Amar Sakti
Wawacan Sulanjana


Wawacan “Kumbanglalana”
Di negeri pandan Emas hidup seorang pendeta Rukmin. Ia beristri kepada Sekarsari dan mempunyai seorang anak perempuan bernama Sekar Kembang. Pendeta Rukmini menghilang secara ajaib saat selesai memberi fatwa kepada putrinya.
Di kerajaan Lintang Emas memerintah seorang raja muda bernama Kumbanglalana yang didampingi oleh ibunya bernama Antaningsih. Pada suatu hari Kumbanglalana permisi kepada ibunya akan pergi mencari calon permaisuri. Di sebuah taman kumbanglalana ia bertemu dengan seorang puteri yang sedang menenun. Puteri itu ternyata Sekarkembang, mereka mengikat janji dan sebelum Kumbanglalana pulang telah memberikan sebuah cincin kepada Sekarkembang. Cincin tersebut berisi jin kamal dan Jin kamil yang dapat dipanggil dimintai bantuan bila mendapat kesusahan.
Raja Sapuangin dari negeri Kerendan ingin mempunyai permaisuri. Ia pergi ke Pandan Emas akan meminang Sekarkembang. Namun, ditolak oleh puteri sebab sudah mempunyai ikatan janji dengan kumbanglalana. Sekarkembang dipaksa dibawa terbang oleh Sapuangin ke kerendan. Di Kerendanpun Sekarkembang tetap menolak dan tidak mau menyerah. Maka Sekarkembang disiksa oleh Sapuangin.
Atas pertolongan Jin Kamal dan jin kamil, Sekarkembang terhindari dari kekejaman Sapuangin dan terhempas ke sebuah tempat yang didiami seorang pendeta. Pendeta itu ternyata ayahnya sendiri yang menghilang pada waktu dulu. Dari ayahnya, Sekarkembang memperoleh azimat sakti, atas nasihat ayahnya pula Sekarkembang menyamar menjadi laki-laki menggunakan nama Gandapeweca. Berangkatlah Gandapeweca ke Kerendan. Di Kerendan Gandapeweca dapat menundukan Sapuangin sehingga akhirnya ia diangkat menjadi raja
Di pandan emas, Sekarsari sangat merindukan anaknya. Ia mencari anaknya dengan arah tak tentu tujuan. Ketika Sekarsari sedang mandi di sungai, ia terbawa hanyut sampai ke laut. Di laut Sekarsari ditolong oleh kura-kura putih jelmaan suaminya. Kemudian seorang pencari ikan bernama Legawa menolong dan membawanya pulang ke rumahnya. Legawa adalah bekas pejabat keraton Kerendan yang dipecat karena difitnah oleh seorang temannya.
Kumbanglalana pergi ke Pandan emas akan menjumpai Sekarkembang. Ketika mendengar kekasihnya dibawa lari oleh Sapuangin. Kumbanglalana pergi ke Lintang Emas dan membawa pasukan untuk kemudian menyerang negeri Karendan. Terjadilah pertarungan antara Lintang emas dan Kerendan. Padahal pada waktu itu raja karendan adalah sekarkembang yang menyamar menjadi Gandapeweca. Ketika Kumbanglalana menyerah kalah, Gandapeweca menyingkapkan tabirnya. Maka kemudian mereka menikah dan memerintah di Kerendan. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Panjilalana.
Ketika di Karendan sedang berlangsung pesta pernikahan Sekarkembang dengan Kumbanglalana, ada pencuri menyusup ke keraton. Barang curiannya diletakkan di depan rumah Legawa, kemudian Legawa ditangkap. Akan tetapi, karena tidak terbukti bersalah Legawa dibebaskan dan diangkat menjadi menetri negara di keraton. Sejak saat itu Sekarsari berkumpul kembali dengan Sekarkembang, menantu dan cucunya.
Tersebutlah negeri Atas angin diperintah oleh seorang ratu jin bernama Wirasati. Karena usaha menguna-gunai panjilalana tidak berhasil, dengan berbagai kelicikan dapat membawa Kumbanglalana dan Sekarkembang pergi menyusul orang tuanya ke negeri Atasangin. Akan tetapi, di tengah perjalanan ditangkap oleh seekor burung garuda yang sedang mencari mangsa.
Andrawati puteri raja Selawaja dari kerajaan Bantarasih dicuri pula oleh burung garuda yang lain, dan bertemu dengan burung garuda yang membawa Panjilalana. Kedua ekor burung garuda itu bertarung karena masing-masing merasa takut barang curiannya direbut. Karena mereka berkelahi sambil membabi buta, menyebabkan lupa pada barang bawaannya masing-masing sehingga Panjilalana dan Andarwati jatuh ke sebuah samudera. Kedua orang itu dapat menyelamatkan diri sehingga tibalah di perbatasan Syekh Ibrahim. Oleh Syekh Ibrahim mereka diberi beberapa azimat kesaktian. Kemudian Panjilalana menyamar menjadi seorang kakek-kakek yang bernama Muletmaja dan Andarwati menyamar menjadi seorang anak kecil yang bernama Muletsari. Mereka kemudian berangkat ke Atas angin untuk menuntut balas.
Negeri Atasangin diserbu oleh Kerendan dan oleh Muletmaja serta Muletsari. Wirasati raja negeri Atasangin dapat dikalahkan oleh Muletmaja dan Kumbanglalana beserta istrinya dapat dikembalikan kepada wujud semula. Muletmaja dan Muletsari pun berubah wujud kembali. Andarwati pulang ke Bantarasih diantar Panjilalana. Mereka kemudian menikah.
Andarwati diculik oleh patih dari negeri Atasawon yang dirajai oleh ayah Wirasati. Andarwati akan dijadikan obat Wirasati karena sakit tatkala berperang dengan Muletmaja. Andarwati dapat ditolong oleh Panjilalana dan Syekh Ibrahim. Akhirnya, mereka pulang kembali ke Bantarasih dan disana memegang tampuk pemerintahan.





Wawacan “Layang Seh”
Sayidina Ali bin Abi Talib, salah satu sahabat Nabi Muhammad, mempunyai keturunan yang bernama Abu Soleh. Abu Soleh beristeri Fatimah yang kemudian mempunyai anak yang bernama Seh Abdul Kodir Jaelani, yang dilahirkan pada tahun 470 Hijrah di Jaelan. Nama Jaelan diambil dari nama tempat kelahirannya.
Kakek Seh Abdul Kodir Jaelani mempunyai nama Jaelan. Oleh karena itu, keturunannya dapat juga mempunyai nama Jaelani.
Seh Abdul Kodir Jaelani mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Abu Ahmad dan seorang bibi yang bernama Dewi Aisah. Keduanya mempunyai kepandaian ilmu yang tinggi dan mempunyai jiwa yang sakti
Pada waktu kanak-kanak, Seh Abdul Kodir jaelani belajar membaca Al Qur’an sehingga hapal di luar kepala. Kemudian dia belajar berbagai ilmu agama Islam kepada berbagai guru. Seh Abdul Kodir Jaelani berguru fikih kepada ulama terkenal yang bernama Abdul Wapadi, berguru ilmu hadis kepada Abi Golib dan Seh Muhammad bin Hasan Mubarok, berguru ilmu nahu kepada Abu Kosim bin Muhammad, berguru ilmu mantek, maani dan logat kepada Seh Jakaria Yachya, berguru ilmu tata krama sopan santun kepada Hujatul Aripin. Selain itu, masih banyak lagi guru yang terkenal dan ulama ahli marifat yang mengajarkan ilmunya kepada Seh Abdul Kodir Jaelani.
Kecerdasan dan kepandaian Seh Abdul kodir Jaelani mengguli teman-teman seperguruannya. Bahkan, dia dapat melebihi kepandaian guru-gurunya. Ada seorang guru yang belum sempat diserap ilmunya, yaitu Imam Rapii, karena sebelum menyelesaikan pelajarannya guru itu telah meninggal dunia. Ketika para ulama di Bagdad mencari pengganti Imam Rapii, maka pilihan jatuh kepada Seh Abdul Kodir Jaelani.
Dia menjadi guru agama untuk seluruh Bagdad. Mazhab yang dianutnya adalah mazhab Imam Hambali. Kemudian seh Abdul Kodir jaelani terkenal sebagai seorang wali. Hal tersebut diterangkannya kepada salah seorang yang bertanya kepadanya. Dia mengatakan bahwa dia telah merasa diangkat sebagai wali ketika dia berumur 10 tahun. Ada malaikat yang melarang bermain dengan anak-anak yang lain dan mengatakan kepada mereka bahwa tempat ini harus dikosongkan, berikan kepada Seh Abdul Kodir jaelani sebagi waliyullah.
Ketika Seh Abdul Kodir sedang bermain-main di kampung Jaelan, ada suara yang berkata:”Hai Muhidin yang diberkahi”. Ketika sedang berada di dalam kamarnya terdengar pula suara gaib yang mengatakan bahwa dia (suara itu) tidak senang kepada orang yang melakukan pekerjaan yang tidak baik. Segeralah memohon petunjuk kepada Allah yang pengasih dan penyayang.

Hikayat 1
Pada waktu Seh Abdul Kodir dilahirkan, dia tidak mau menyusu karena hari itu adalah hari permulaan saum. Penduduk Jaelan hari itu mulai bersaum Ramadan.

Hikayat 2
Pada suatu waktu terdengar suara gaib oleh Seh Abdul Kodir Jaelani, “Aku yang mengadakan dan meniadakan, janganlah engkau mengantuk, bukankah ada yang sedang kau tunggu. Bila ingin tidur, tidurlah di tempatnya, bila tidak, bisa lupa kepada Yang MahaKuasa.

Hikayat 3
Seh Abdul Kodir Jaelani menerangkan kepada masyarakat bahwa mereka jangan berbuat yang tidak baik, yang terkutuk dan jangan berbohong. Hal seperti itu dilakukannya sejak ia kecil.
Ada seekor sapi yang berkata kepadanya bahwa dia dikasihi Allah. Janganlah terlalu senang bermain sebab tidak izin Allah. Setibanya di rumah, dia mohon ijin ibunya untuk pergi ke Bagdad untuk berguru kepada para wali dan memohon doa kepadanya. Ibunya berpesan agar jangan berbuat bohong. Seh Abdul Kodir Jaelani diberi uang wasiat dari ayahnya sebanyak 40 dinar.
Di tengah perjalanan dia dicegat perampok. Ketika ditanya oleh perampok membawa apa, dia menjawab membawa uang 40 dinar. Ketika ditanya lagi mengapa dia berterus terang, dijawabnya bahwa ibunya telah berpesan jangan berbohong. Atas kejujuran Seh Abdul Kodir Jaelani, perampok itu takluk kepadanya.

Hikayat 4
Seh Abdul Kodir datang berguru kepada salah seorang ulama yang bernama Seh Abdul Wapa. Tetapi, dia ditolaknya. Dia datang lagi untuk kedua kalinya, yang kemudian ditolaknya pula. Pada ketiga kalinya, dia dirangkul oleh Seh Wapa dan dikatakannya kepada murid-muridnya bahwa murid baru itu adalah waliyullah.
Oleh gurunya, dia diberi barang-barang pusaka yang berupa sajadah, tasbih dan tongkat. Gurunya berpesan agar berbuat kasih sayang terhadap sesama umat manusia dan orang tua.

Hikayat 5
Dalam perjalanan ke Bagdad, di tengah hutan Seh Abdul Kodir bertemu dengan Seh Abdullah beserta anaknya. Mereka akan pergi ke Seh Gaos. Seh Abdul Kaodir Jaelani bermaksud berguru memohon ilmu kepada Seh Gaos, sedangkan Seh Abdullah beserta aaknya bermaksud mengadu ilmunya dengan Seh Gaos.
Seh Gaos telah mengetahui maksud mereka, yang kemudian berkata bahwa Seh Abdul Kodir Jaelani akan menjadi wali, sedangkan Seh Abdullah beserta anaknya kelak akan sengsara. Ternyata ramalan itu benar terjadi.

Hikayat 6
Suatu ketika Seh Umar Kemani dan Seh Umar Bajaj melihat ada seseorang yang bertanya kepada Seh Abdul Kodir Jaelani mengapa dia disebut Seh Muhidin. Diceritakannya bahwa ketika di Bagdad ada seorang yang berpenyakit kudis dan berbau amis minta ijin duduk di dekat Seh Abdul Kodir Jaelani, tiba-tiba kudisnya hilang, dia menjadi sehat dan kulitnya bercahaya. Orang tersebut berkata bahwa Seh Abdul Kodir Jaelani akan menyemarakkan agama Allah. Orang itulah yang memeri nama kepadanya Seh Mugidin.




Hikayat 7
Seh Arip menceritakan bahwa ketika Seh Abdul Kodir Jaelani menyepi, datang segerombolan setan mengganggu. Dia tidak terganggu, malahan setan-setan itu cersujud dan pergi mejauh.

Hikayat 8
Seh Abdul Rojak menceritakan kepada teman-temannya bahwa pada suatu ketika Seh Abdul Kodir Jaelani shalat. Tiba-tiba di atas sajadahnya ada seekor ular, yang kemudian melilitnya pada tangan dan lehernya. Setelah selesai shalat, ular itu menghilang.
Keesokan harinya ada seorang laki-laki yang berkata, bahwa dia adalah jin yang berupa ular yang semalam mengganggunya. Dikatakannya bahwa dia baru bertemu dengan wali yang sangat luhur seperti Seh Abdul Kodir Jaelani. Dia bertobat dan tidak akan mengganggu lagi

Hikayat 9
Abu Isa nin Muhammad dan Abu Hasan bin Ibrahim menceritakahn bahwa, Seh Abdul Kodir Jaelani selama 15 tahun, setiap selesai sholat, Isa selalu mebaca Al Qur’an hingga subuh, dan selama 25 tahun setiao malam suka mengunjungi hutan.
Suatu ketika dia bertemu dengan Nabi Hidir di hutan. Nabi Hidir melarangnya pergi ke hutan dan harus menunggunya selama setahun. Permintaan itu ditaatinya. Ketika datang kembali, Nabi Hidir memberinya roti dan mentega

Hikayat 10
Seh Ajhari dan Seh kobari menceritakan pengalaman ayahnya yang pergi bersamsama dengan seh Idi. Di tengah perjalanan bertemu dengan Seh Idi. Di perjalanan bertemu dengan wanita yang miskin memberikan roti untuk Seh Abdul Kodir Jaelani. Kemudian diketahui bahwa wanita itu seorang wanita gaib yang memuliakan dan menguji keluhuran Seh Abdul Kodir Jaelani.
Hikayat seluruhnya berjumlah 100 buah, yang dapat disingkat menjadi 33 hikayat. Seluruh hikayat menggambarkan keluhuran budi Seh Abdul Kodir Jaelani yang tidak ada cacatnya, yang menunjukkan sifat-sifat baik menjadi tuntunan agama Islam.





Wawacan “Panganten Tujuh”
Riwayat ini diceritakan oleh Anas bin Malik Rodiallahu Ta’ala. Pada suatu hari Rasulullah dihadapan para Muhajir, Soha dan Ansor. Seorang sahabat bertanya perihal makna hari Jum’at. Rasulullah menjelaskan bahwa hari Jum’at adalah hari silah dan nikah. Para sahabat meminta penjelasan lebih lanjut mengenai masalah tersebut
Hari Jum’at digunakan untuk hari perkawinan:
a. Pernikahan Nabi Adam dengan Babu Hawa.
Nabi Adam merasa kesunyian berada di surga. Pada suatu ketika, Nabi Adam sedang tidur, Tuhan memerintahkan malaikat Jibril untuk mengambil sebagian tulang rusuk kiri Nabi Adam. Tulang itu kemudian dijelmakan oleh Allah menjadi seorang wanita cantik diberi nama Babu Hawa. Allah memerintahkan para malaikat dan bidadari agar mempersiapkan perkawinan Adam dan Hawa. Babu Hawa tidak memperlakukan Nabi Adam sebagai suami sebelum menyerahkan mas kawin. Setelah Adam membaca solawat pada rosul terakhir, yaitu Muhammad, maka barulah Hawa sah dinikahi. Hari perkawinan Nabi Adam dengan Hawa, dijelmakannya Hawa menjadi wanita cantik dan diturunkannya Adam dan Hawa di padang Arafah setelah berpisah selama 100 tahun adalah pada hari Jum’at

b. Perkawinan Nabi yusuf dengan Julaeha
Nabi Yusuf menjadi budak belian Mesir. Julaeha isteri raja mencintai Nabi Yusuf. Julaeha menarik baju Yusuf hingga sobek sebab mau mengajak berbuat serong, nabi Yusuf menolak. Perbuatan julaeha terhadap Yusuf diketahui raja. Tapi karena Julaeha melaporkan lain, maka Yusuf dipenjara selama 13 tahun
Nabi Yusuf akhirnya menjadi raja. Ketika bertemu dengan Julaeha, Yusuf menolak cinta Julaeha sebab sudah nenek-nenek. Julaeha sakit hati atas perlakuan Yusuf, maka pergilah Julaeha ke hutan. Di hutan, atas petunjuk seorang kakek, Julaeha mandi di sebuah pancuran. Setelah mandi badannya berubah wujud menjadi seorang wanita muda yang cantik.
Nabi Yusuf melihat kecantikan Julaeha tertarik hatinya. Tapi Julaeha menolak dengan alasan sudah nenek-nenk. Kemudian atas bantuan maharaja Rayan bin Walid, Nabi Yusuf kawin dengan Julaeha. Perkawinan itu dilangsungkan pada hari Jum’at

c. Perkawinan Nabi Musa dan Sopura
Musa dapat meloloskan diri dari kepungan pembunuhan oleh kakitangan Raja Firaon di Mesir. Dalam perjalanan tak tentu tujuan, Musa datang di tanah Madyan. Di Madyan, Nabi Musa berjumpa dengan puluhan orang penggembala yang terdiri atas anak laki-laki dan perempuan. Di antara penggembala itu ada dua anak perempuan kakak beradik putera Nabi Sueb yang bernama Siti Mursilah dan Sorupa.
Ketika anak-anak gembala kesulitan air untuk minumnya kambing-kambing, Musa dapat menggulingkan batu besar yang ternyata penutup sumber air. Maka air bersih mengalir dengan derasnya dan ternakpun dapat minum dengan leluasa.
Siti Mursilah dan Sorupa berceritera kepada ayahnya bahwa ada seorang anak laki-laki yang dapat menggulingkan batu besar penutup sumber air. Nabi Sueb mengetahui bahwa menurut ramalan, yang dapat menggulingkan batu besar adalah orang yang akan menjadi rosul. Maka Nabi Sueb menyuruh Sopura untuk menjemput Musa, sedangkan Siti Mursilah disuruh menyediakan makanan.
Sopura tertarik hatinya kepada Musa, dan Nabi Sueb pun meminta kepada Musa agar mengawini Sopura, puterinya. Perkawinan dilakukan pada hari Jum’at dan sebagai mas kawin, Nabi Musa sanggup menggembalakan kambing milik Sopura selama 10 tahun.

d. Perkawinan Nabi Sulaeman dengan Ratu Bulqis
Nabi Sulaeman menjadi raja dari ratu-ratu angin, jin, manusia dan binatng. Kerajaan Nabi Sulaeman bernama negeri Sam. Ayah Nabi Sulaeman ialah Nabi Daud. Nabi Sulaeman diberi mukjizat oleh Allah, yaitu mempu mendengar jarak jauh walaupun hanya berbisik
Pada suatu ketika Nabi Sulaeman melakukan perjalanan keliling negeri. Di perjalanan Nabi Sulaeman bertemu dengan Hudhud dari negeri Yaman. Oleh Hudhud diceritakan kepada Mabi Sulaeman bahwa puteri raja Yaman bernama Bulqis sangat cantik. Bulqis sendiri berasal dari ibu seorang jin. Hudhud diperintah oleh Nabi Sulaeman untuk mengirimkan surat kepada Bulqis yang isinya agar Bulqis menghadap Nabi Sulaeman. Puteri Bulqis tidak yakin bahwa Nabi Sulaeman itu utusan Allah. Maka untuk mengujinya diutuslah Patih Mandar untuk mengirimkan upeti. Menurut pendapat Bulqis, jika upeti diterima berarti Sulaeman itu raja biasa saja.
Sebelum utusan itu tiba, Nabi Sulaeman memerintahkan kepada aparatnya untuk membuat istana yang megah. Ketika utusan tiba, Patih Mandar bukan main canggungnya sebab ia tidk bisa berada di istana yang megah. Upeti oleh nabi Sulaeman ditolak dan ia tetap minta agar Bulqis datang untuk memeluk agama Allah. Bila tidak datang, Yaman akan diserbu. Maka Bulqis pun datang menghadap ke Nabi Sulaeman dan ia merasa terkejut atas keagungan istana serta merasa aneh sebab “aras” miliknya di Yaman ada di keraton Nabi Sulaeman.
Nabi Sulaeman mencintai Bulqis. Namun, seorang raja jin tidak setuju nabi beristrikan Bulqis sebab takut Bulqis mendapat keturunan dari manusia. Oleh raja jin diceritakan kepada Nabi Sulaeman bahwa Bulqis itu kakinya pendek dan tidak berjari. Setelah dilakukan pengujian oleh Nabi Sulaeman, ternyata Bulqis tidak cacat. Maka kawinlah Nabi Sulaeman dengan Bulqis pada hari Jum’at.
Nabi Sulaeman tetap menetap di Sam, sedangkan Bulqis menetap di Yaman. Bulqis pun mau memeluk agama Allah sebagaimana kehendak nabi Sulaeman

e. Pernikahan Nabi Muhammad dengan Siti Khodijah
Setelah kakeknya meninggal dunia, Muhammad dipelihara oleh Abitolib, pamannya. Atikah bibinya Muhammad berpikir bahwa Muhammad sudah dewasa dan layak beristri. Oleh karena itu, untuk biaya pernikahan, Muhammad harus bekerja.
Muhammad diterima menjadi pegawai pada perusahaan milik Siti Khodijah. Disuruhnya Muhammad menemani Maesaroh pergi berdagang ke negeri orang di luar Mekah. Maesaroh merasa aneh sebab diperjalanan awan hitam selalumembayangi kafilah sehingga teduh dan barang dagaan pun sangat cepat laku dengan untung yang berlipat ganda.
Di tempat perniagaan Muhammad, Maesaroh, teman-teman lainnya menonton perayaan di gereja. Lampu-lampu gereja berjatuhan. Menurut kepercayaan umat Yahudi kejadian tersebut pertanda di tempat itu, ada orang yang akan menjadi nabi akhir dan mengganti kepercayaan. Maka dicarinya orang termaksud untuk dibunuh. Namun Muhammad dapat meloloskan diri berkat bantuan Maesaroh.
Semua kejadian di tempat perniagaan oleh Maesaroh diceritakan kepada Khodijah sehingga Khodijah berniat menjadikan Muhammad sebagai suaminya. Semua handai taulan baik dari pihak Muhammad maupun dari pihak Khodijah menyetujui perkawinan tersebut. Maka dilangsungkan perkawinan Muhammad dengan Khodijah pada hari Jum’at

f. Perkawinan Nabi Muhammad dengan Aisah
Setelah Khodijah meninggal dunia Nabi Muhammad mengalami rasa sedih yang mendalam. Nabi Muhammad merasa bahwa wanita macam Khodijah yang sangat luhur budinya itu tidak akan ada lagi. Maka datanglah Malaikat Jabrail yang menerangkan bahwa Allah telah mengawinkan Muhammad di langit ke tujuh dengan Siti Aisah puteri Abubakar.
Abubakar sangat gembira menerima lamaran Muhammad atas puterinya itu. Demikian pula Aisah merasa bahagia dicintai Nabi Muhammad. Maka dengan disaksikan oleh para sahabat, dilangsungkan pernikahan Nabi Muhammad dengan Aisah pada hari Jum’at bulan Syawal.

g. Perkawinan Baginda Ali dengan Fatimah
Semua sahabat nabi menyarankan kepada Ali agar secepatnya mengawini Fatimah. Tapi Ali bimbang sebab segan kepada Rasulullah. Fatimah sendiri pada waktu itu sudah berumur 14 tahun dan pantas untuk bersuami. Nabi Muhammad merasa sedih mengingat tidak ada yang mengurusi perkawinan Fatimah, sebab Khodijah, ibunya telah tiada.
Turunlah malaikat Jibril, Mikail, Ijrail dan Ridwan tatkala Nabi Muhammad merasa sedih. Diberinya bermacam-macam keperluan perkawinan. Oleh nabi ditolak bahwa alat-alat semacam itu nanti saja di akhirat diberikannya. Namun Jibril menjelaskan bahwa untuk di akhirat lain lagi.
Ketika malaikat menghilang, datanglah Ali meminang Fatimah. Dengan disaksikan oleh para sahabat dilangsungkanlah perkawinan Ali dengan Fatimah pada hari Jum’at. Mas kawin yang diberikan oleh Ali berupa uang 500 dirham kontan. Akan tetapi, Fatimah menolak maskawin tersebut dan ia meminta yang lain. Permintaan mas kawin itu ialah agar pada hari kiamat dapat mensyafaati umat nabi, baik laki-laki maupun perempuan yang maksiat dan tidak taat. Tiba-tiba turunlah Malaikat Jibril mewahyukan bahwa Allah telah meluluskan permintaan fatimah.






















Wawacan “Parikesit”
Warabimanyu putera Arjuna yang meninggal dalam perang Bratayuda, meninggalakan seorang putera bernama Parikesit. Baladewa yang tidak ikut berperang, mengasuh Parikesit sampai diangkat menjadi raja di Astina. Dalam memegang tampuk pemerintahan, Parikesit dibantu oleh dua orang patih yaitu Arya Sancaka putera Prabu Darawati dan Arya Bambang Kaca, putera Gatotkaca, Arya Sacamuka putera Tumenggung Jayadrata, bertindak sebagai menteri urusan jajahan.
Parikesit berputera tiga orang yaitu Udrayana, Udrayaka dan Udasangsana. Ketiga orang anak itu diasuh oleh Lurah Semar dan anak-anak ciptaannya yaitu Cepot, Udawala dan gareng.
Sacamuka bersama Togog mencoba mengelilingi seluruh negeri, dan tiba di suatu tempat terlarang, yaitu tempat yang berisi arca-arca para Kurawa. Sacamuka berkeinginan masuk ke tempat terlarang itu, maka tiba-tiba jiwanya kemasukan ratu siluman yang bernama Setra Ganda, yaitu wujud dari sukma Dewi Permoni yang dendam kepada Arjuna.
Di tempat terlarang Sacamuka mendapat keterangan dari Togog bahwa ayahnya yang bernama Jayadrata dibunuh oleh Arjuna pada waktu perang Bratayuda sebab Bimanyu dibunuh oleh Jayadrata. Maka Sacamuka melakukan pemberontakan terhadap Parikesit. Akan tetapi, Sacamuka dapat dikalahkan dan dibunuh dengan senjata panah Pasopati milik Arjuna yang tersimpan di gua Gunung Dieng.
Dewi Permoni keluar dari jasad Sacamuka dan menyuruh setan siluman agar masuk menjiwai binatang-binatang sehingga melakukan keributan. Kekacauan di seluruh negeri terjadi sehingga dua orang putera Parikesit yang kedua dan ketiga hilang dari keraton.
Parikesit jatuh sakit kemudian meninggal dunia. Prabu Baladewa yang mencoba melawan binatang-binatang yang mengamuk tidak mampu menandingi, malah kemudian meninggal dunia.
Udrayana diangkat menjadi raja Astina. Udrayaka bersama-sama dengan Semar tiba di pertapaan Bagawan Wilugangga dan diangkat anak oleh resi itu secara rahasia. Setelah dewasa, Udrayaka pergi ke Astina bermaksud akan mengabdi kepada raja.
Seekor kuda bernama Abrapuspa mengamuk di Astina dan tidak ada yang dapat menaklukan. Udrayaka yang dituduh menjadi penyebab kekacauan di dalam negeri, dihukum untuk menundukkan kuda yang mengamuk, Udrayaka dapat menundukan kuda itu sehingga ia terlepas dari hukuman berat lainnya, maka pengabdian kepada raja dapat diteruskan.
Udrayana, raja Astina ingin naik kuda Abrapuspa yang hanya tunduk kepada Udrayaka. Setelah Udrayaka naik kuda bersama-sama dengan Udrayana, kuda merasa tidak senang dan kemudian lari tidak menentu arah bersma kedua penunggangnya sehingga akhirnya masuk hutan.
Udrasangsana putera ketiga Parikesit, tersesat di hutan ditemukan oleh Indrabahu, patih negeri Nianti Pura yang dirajai oleh Prabu Sulangkara. Udrasangsana diangkat anak oleh Indrabahu yang kebetulan tidk mempunyai anak. Setelah dewasa, Udrasangsana rupanya mirip Arjuna dan pandai melukis.
Karena Udrasangsana dapat melukis keadaan seluruh negeri Nianti Pura, oleh Prabu Sulangkara diberi gelar Raden Sungging Prabangkara. Selain itu Udrasangsana akan dikawinkan dengan Setiowati, puteri raja. Akan tetapi karena Udrasangsana dapat melukis istana lengkap dengan seluruh isinya bahkan melukis Setiowati dengan tanda hitam pada payudaranya, menyebabkan Udarsangsana dihukum berat. Tangan, kaki, telinga, hidung dipotong, sedangkan mata dicongkel yang kemudian badanya diterbangkan dengan layang-layang yang setelah menjulang tinggi tali layang-layang itu diputuskan. Udrasangsana jatuh di tengah hutan, atas kekuasaan Yang Maha Esa, melalui penciuman kuda Abrapuspa dapat ditemukan oleh Udrayana dan Udrayaka. Udrasangsana dapat disembuhkan kembali berkat azimat Udrayaka pemberian Resi Begawan Wilugangga. Ketika ketiga orang itu berkumpul datanglah Semar memberi penjelasan bahwa mereka adalah tiga bersaudara kakak beradik putera Parikesit yang terpisah waktu Astina diamuk binatang-binatang.
Dewi Setiowati diculik oleh Udrasangsana. Akan tetapi karena Udrayana terpikat hatinya oleh Dewi Setiowati, oleh Udrasangsana diserahkan kepada Udrayana untuk diperistri. Udrayaka berperang melawan Prabu Sulangkara. Namun akhirnya setelah diketahui bahwa Prabu Sulangkara itu adalah masih keluarga dengan raja-raja Astina, maka diadakan perundingan. Setiowati diijinkan kawin dengan Udrayana
Bambang Kaca beserta para ponggawa datang ke Nianti Pura menghadiri pesta perkawinan. Setelah pesta selesai, Udrayana dan Setiowati beserta kedua adiknya dengan diiring oleh Semar dan para ponggawa, pulang ke Astina. Tiba di Astina disambut meriah oleh penduduk Astina dibawah pimpinan Arya Sancaka.





















“ Wawacan Sajarah Turunan Parakanmuncang ”

Naskah ini berisi beberapa buah silsilah yang berhubungan dengan Keluarga Bangsawan Timbanganten, Parakanmuncang, Pagaden dan Sumedang. Pada umumnya silsilah-silsilah tersebut diawali dari Nabi Adam sebagai manusia pertama, kemudian melalui Nabi Muhammad, Ratu Galuh, Ciung Wanara dan Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran, Ratu Galuh dianggap sebagai raja pertama di Pulau Jawa.
Keluarga bangsawan Parakanmuncang muncul sejak Dalem Tanubaya Somahita memerintah Kabupaten Parakanmuncang. Ia putera Tumenggung Demung, cucu Sunan Pagerbarang, cicit Wastuha, piut Batara Kawindu. Batara Kawindu putera Sempujaya, cucu Batara Sumaryang, cicit Sumun, piut Demang Batara Sakti. Demang Batara Sakti putera Demung Sadakamulan, cucu Batara Tunggal, dan cicit Prabu Siliwangi. Sementara itu, Dalem Tanubaya Somahita digantikan oleh saudaranya yang bernama Dalem Dipati Tanubaya ( 1 ), yang lalu dimakamkan di Bujil. Ia berputera Dalem Tanubaya yang dimakamkan di Karasak, Galunggung ( 2 ), berputera Dalem Tanubaya yang dimakamkan di Cibodas, Parakanmuncang ( 3 ), berputera Dalem Patrakusumah yang menjadi Bupati di Sumedang dan dimakamkan di Jakarta ( 4 ), sebagai Bupati Parakanmuncang diganti oleh menantunya bernama Dalem Suria Natakusumah, berputera (wanita), Raden Riyakusumah; berputera Raden Ahmad yang menjadi patih Parakanmuncang; berputera Raden Jayuda; berputera Raden Haji Ahmad Hanafiah yang menjadi wedana pensiun Cicalengka dan dimakamkan di Cipetak, Cicalengka.
Selanjutnya, dikemukakan pula secara singkat mengenai kisah (sajarah) bangsawan Parakanmuncang yang bernama Raden Patrakusumah yang memerintah di Sumedang. Ia diangkat menjadi Bupati Sumedang, karena yang berhak menjadi bupati Sumedang, di sini disebut Pangeran Sumedang Sepuh, masih kanak-kanak sewaktu kedudukan itu kosong. Raden Patrakusumah membawa seorang puteri ke Sumedang bernama Raden Candranegara. Putri tersebut dinikahkan dengan Raden Surianagara, putera bupati Sumedang almarhum yang kemudian menjadi Pangeran Sumedang Sepuh. Dari pernikahan itu, lahirlah seorang puteri bernama Raden Rajanagara Talun. Raden Surianagara membenci mertuanya, kemudian ia lari ke Limbangan dan terus ke Cianjur. Di Cianjur Raden Surianagara menikah lagi dengan saudaranya Dalem Cikalong Sepuh. Isteri keduapun akhirnya dicerai dan menikah lagi dengan putra Raden Suradimaja di Sumedang. Dari pernikahan tersebut terakhir mempunyai putera bernama Raden Anggayuda yang menikah dengan Raden Nataningrum, putera Suradireja.







Wawacan “Samaun”
Ki Halid di negeri Mekah beristrikan Nyi Siti Huna. Mereka masih menyembah berhala. Karena putranya yang sembilan orang ittu perempuan semua, mereka selalu berdoa agar dikarunia anak laki-laki. Permohonan kedua orang suami istri itu dikabulkan, maka lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Samaun. Begitu anak itu dilahirkan, kemudian berlari ke luar rumah dan bersujud kepada Allah sambil mengucapkan kalimat syahadat. Nyi Siti Huna sangat terkejut, apalagi ketika disuruh menyusu tidak mau bahkan berkata tidak mau menyusu karena ibunya seorang kafir. Demi kebahagiaan anaknya, kemudian Siti Huna masuk islam dan mengucapkan syahadat.
Di tempat tidur Samaun selalu bercakap-cakap dengan ibunya. Ki Halid melihat kenyataan bahwa anaknya baru tiga hari sdudah dapat berbicara dan meminta adar ayahnya masuk Islam, maka Ki Halid pun masuk Islam san mengucapkan syahadat.
Nabi Muhammad mendengar ada anak yang baru dilahirkan sudah dapat berbicara dan kedua orang tuanya sudah mansuk Islam, berkenan pergi malayat.samaun dipanguk dan diciumi oleh Nabi Muhammad.
Abu Jahal mendengar Nabi Muhamad telah melayat keluarga Ki Halid, berkenan pula pergi menengok Samaun. Akan tetapi baru saja Abu Jahal masuk di pekarangan, Samaun berteriak-teriak mengancam sehingga Abu Jahal lari pontang-panting. Atas kelakuan Samaun semacam itu, menimbulkan kemarahan Abu Jahal. Patih Surakah diminta tolong oleh Abu Jahal agar Nabi Muhammad dan Samaun diusir dari Mekah. Ketika diadakan pembicaraan bagaimana caranya megusir Samaun, ternyata tidak ada yang sanggup. Oleh karena itu, Abu Jahal meminta bantuan kepada Kin Wan taja di negeri Iskandar.
Sebelum Kin Wan datang melapor Abu Jahal akan menangkap Samaun dilewatinya rumah Samaun itu. Kin Wan terpancing pertengkaran mulut dengan Samaun sehingga kemudian berkelahi dan Kin Wan terbunuh. Rakyat Mekah geger menyaksikan Kin Wan terbunuh itu. Abu Jahal bertambah marah. Dikumpulkannya tentara dan dikepungnya rumah Samaun. Akan tetpi, setiap orang yang akan menangkap Samaun selalu mati terbunuh.
Samaun pada suatu ketika bertemu dengan Abu Jahal di pasar. Terjadilah percakapan yang tidak mengenakan Abu Jahal, apalagi setelah Samaun meminta Abu Jahal agar puterinya diberikan untuk dijadikan istri. Samaun masuk ke rumah Abu Jahal. Di rumah Abu Jahal, Samaun menjumpai dua orang wanita dan satu diantaranya adalah puteri Abu Jahal. Kedua orang wanita itu kemudian masuk Islam dan dibawa ke rumah Samaun. Abu Jahal bukan main berangnya, tetapi ia bingung pula memikirkan bagaimana cara mengusir Samaun dan Nabi muhammad.
Tersebutlah di negeri Suara yang dirajai oleh Kobti mempunyai seprang puteri bernama Siti Mariyah. Walaupun sudah dilamar oleh banyak raja, tetapi selalu ditolak oleh ayahnya. Tanpa sepengetahuan ayahnya, Siti Mariyah menyuruh orang untuk datang kepada nabi Muhammad. Siti Maryah meminta Nabi Muhammad agar datang melamarnya. Mula-mula Nabi Muhammad bingung, tetapi setelah mendapat restu Siti Aisah istrinya, dan pula setelah mendapat wahyu, maka berangkatlah Nabi Muhammad beserta pengikut-pengikutnya ke negeri Suara. Raja Suara tidak senang atas kedatangan Nabi Muhammad itu dan terjadilah peperangan.
Peperangan antara balatentara Kobti dari negeri Suara dan tentara Nabi Muhammad dimenangkan oleh tentara Nabi Muhammad walaupun jumlah tentara Kobti jauh lebih banyak. Samaun dalam peperangan ini sangatlah besar jasanya, bahkan Siti Mariyah puteri raja Kobti pun dapat dibawa lari oleh Samaun, yang kemusian diserahkan kepada Nabi Muhammad. Raja Kobti berikut para pengawalnya mati terbunuh oleh Ali, sahabat nabi.
Para prajurit Kobti yang masih hidup bersma-sama Siti Mariyah kemudian masuk Islam. Seluruh harta kekayaan negeri Kobti dibawa ke negeri Mekah dan diperlakukan sebagai barang gonimah.



































Wawacan “Si Ogin Amar Sakti”
Baginda Ma’ruf raja kerajaan Madusari adalah putera Bagenda Hamzah, cucu nabi Yusuf, mempunyai dua orang istri. Istri pertama bernama Nurhayat, sedang istri kedua bernama Lasmaya. Bagenda Ma’ruf dari Nurhayat mempunyai dua anak tiri bernama Pangeran Sbang dan Raden Saka. Lasmaya sendiri adalah keturunan Wiku Bagawan Madali.
Bagenda Ma’ruf pergi berburu ke hutan. Lasmaya yang sedang hamil tua ditinggalkan bersama Nurhayat. Ketika Lasmaya melahirkan, Nurhayat menyuruh dukun beranak agar mata Lasmaya ditutup. Anak laki-laki yang lahir dari Lasmaya dibuang ke laut dan sebagai gantinya diletakan anak kucing, anak kera dan seekor burung ciung. Setelah Bagenda Ma’ruf datang bukan main marahnya dan menuduh Lasmaya berbuat serong sehingga disuruhnya dibunuh. Namun atas nasihat patih Budiman, Lasmaya tidak jadi dibunuh melainkan dibuang ke hutan. Lasmaya dimasukkan ke dalam kerangkeng besi dan ketiga “puteranya” diikutsertakan. Kucing kemudian diberi nama Panji Malang, kera diberi nama Panca Tanran dan burung diberi nama Panji layang. Ketiga “puteranya” itu dapat bertingkah seperti manusia dan dapat menceritakan kepada Lasmaya bahwa putera yang sebenarnya dibuang ke laut atas perintah Nurhayat.
Panca Tanran dan Panji Malang dapat mengambil pedang pusaka yang tersimpan di keraton Madusari. Dengan pedang tersebut kerangkeng dapat dihancurkan. Mereka kemudian berlindung di tanah ladang, di kaki gunung.
Antaboga, raja negeri Malebah dalam perjalanannya di pinggir laut menemukan seorang bayi laki-laki yang sedang terapung-apung. Bayi itu diambil, dipelihara dan diberi nama Amar Sakti. Setelah Amar sakti dewasa diberi tahu ole Antaboga tentang siapa sebenarnya Amar Sakti itu.
Amar Sakti diberi kesempatan berkelana mengelilingi negeri Malebah. Dalam kesempatan itu ia berjumpa dengan ibu serta adik-adiknya. Lasmaya dan ketiga “puteranya” dibawa oleh Amar Sakti ke Malebah dan diterima dengan baik oleh raja Antaboga.
Amar Sakti disuruh pergi ke Madusari oleh Antaboga untuk menjumpai ayahnya. Namun, diperjalanan di tengah hutan, Amar sakti berjumpa dengan rombongan Raja Bagenda Ma’ruf yang sedang kesulitan, karena ada seekor burung mengamuk. ketikaBagenda Ma’ruf akan ditanduk oleh seekor banteng. Amar Sakti yang menyamar sebagai anak kampung dapat membunuh banteng. Amar Sakti yang menyamar dibawa oleh Bagenda Ma’ruf ke Madusari dan diberi tugas menemani pangeran Sabang dan raden Saka. Di Madusari, Sarah berkesempatan berguru kepada Patih Budiman bersama-sama Pangeran Sabang dan raden Saka.
Nurhayat tidak senang dengan adanya Sarah di keraton. Pada kesempatan Sarah dibawa pergi oleh Pangeran Sabang dan raden Saka untuk mencari pedang yang hilang. Sarah dibunuh, kepada raja dilaporkan bahwa pedang tidak dpat ditemukan, sedangkan sarah mati diterkam binatang buas. Raja bersedih hati merindukan pedang yang hilang.
Karena Antaboga itu sebenarnya raja jin Islam. Ia mengetahui Amar Sakti yang berganti nama menjadi Sarah itu mati di tengah hutan. Antaboga segera datang dan menghidupkan kembali serta membuat pedang tiruan yang serupa dengan pedang kepunyaan Bagenda Ma’ruf yang hilang. Sarah disuruh pergi mengantarkan pedang ke raja Madusari. Kepada raja, sarah melaporkan bahwa benar ia diterima badak, dan di dalam perut badak ada seorang perempuan yang dijaga oleh seekor kucing, dan seekor burung. Dikatakan oleh Sarah bahwa pedang itu diperoleh dari ketiga ekor binatang itu. Setelah menyerahkan pedang, Sarah pergi pamit untuk pulang ke kampung.
Dalam perjalanan pulang, Sarah tiba di negeri Mulki. Rajanya yang bernama Mulkiyah mempunyai seorang putri yang cantik bernama Bidayasari. Di negeri Mulki, Sarah berganti nama menjadi Ogin dan disini dipungut anak oleh tukang kebun bunga. Bidayasari sangat senang kepada keindahan dan bunga-bungaan.
Bidayasari dilamar oleh raja Madusari untuk dikawinkan kepada putranya, dan Pangeran Sabgn dan Raden Saka disuruh tinggal di Keraton Mulki. Tetapi, Bidayasari tidak melayani malah pergi ke kampung dan mencintai Ogin, serta Ogin dibawa ke istana.
Raja Gumati dari kerajaan Geulang Karaton mencintai Budayasari. Dirga Bahu dan Jaya Kelana, patih kerajaan geulang Karaton menculik Bidayasari. Seluruh negeri geger dan pasukan tentara dikerahkan mencari. Ogin semula tidak ikut mencari, akan tetapi manakala raja menyatakan bahwa barang siapa dapat menyelamatkan Bidayasari akan dijadikan menantu. Ogin pun pergi mencari putri. Setelah sampai di luar istana, Ogin menjelma menjadi Amar Sakti dan kuda sakti pemberianAntaboga yang bernama Gelap Sakti siap membantunya. Akhirnya, penculik putri dapat dikalahkan dan putri dapat diselamatkan. Amar Sakti menolak mengantarkan putri ke istana walaupun putri menyatakan cinta kepada Amar Sakti. Dan oleh Amar Sakti diceritakan bahwa tahu putri diculik itu dari si Ogin. Amar Sakti meminta kepada putri bahwa untuk calon suami harus mengadakan sayembara yang isinya barang siapa dapat membawa kera, kucing dan burung yang bisa menyanyi dan berbicara, itulah jodohnya. Setelah berkata tentang permohonan sayembara Amar Sakti menghilang dan muncul kembali si Ogin. Putri marah kepada si Ogin sebab tidak terus terang mempunyai majikan tampan.
Raja Mulki mengadakan sayembara, kepada pelamar pertama yaitu Pangeran sabang, raja berkata bahwa sayembara itu dilakukan untuk keadilan karena ada seratus orang pelamar. Si Ogin permisi pulang kampung dan kepada Antaboga berkata bahwa ia mencintai putri. Antaboga menyuruh Panji Malang, Panji Lyang dan Panca Tandran melamar putri. Karena ketiga binatang itu kelakuannya seperti manusia dan sangat menyenangkan, raja menerima lamaran.
Patih Durjaman mempengaruhi raja Mulki yang sedang bingung. Patih menyarankan agar dilakukan perkawinan dengan Pangeran Sabang dari Madusari. Akan tetapi, pada saat perkawinan dilangsungkan, datanglah rombongan Lasmaya dari Malebah dan mendesak bahwa putranyalah yang berhak menjadi suami sang putri. Terjadilah pertarungan antara Madusari dan Malebah. Dewi Lasmaya ikut berperang dan tidak dapat dikalahkan. Nurhayat akhirnya diketahui berbuat curang. Maka Bagenda Ma’ruf kembali berpramesuri Lasmaya, sedangkan Ogin Amar Sakti menikah dengan Bidayasari.












































Wawacan “Sulanjana”
Di Suralaya para dewa bermusyawarah untuk mendirikan bakal Pancawarna. Dewa Anta ditugasi membuat batu penyangga tiang. Tetapi karena badannya berbentuk ular, dewa Anta tidak dapat melaksanakan tugasnya. Dewa Anta menangis sedih sehingga meneteskan air mata tiga butir. Air mata itu kemudian berubah menjadi tiga butir telur yang dibawanya dengan cara digenggam oleh mulut.
Karena kesalahan seekor burung elang, telur itu jatuh dua butir yang kemudian menetas menjadi Kalabuat dan Budug Asu. Sapi Gumarng raja segala binatang jelmaan kecing idajil (setan), memelihara Kalabuat dan Budug Basu sebagai anak angkat.
Atas perintah Batara Guru, telur yang tinggal sebutir itu dierami oleh Dewa Anta. Telur menetas, lahirllah seorang putri yang cantik diberi nama Dewi Pohaci Terus Dangdayang atau juga Dewi Aruman.
Batara Guru mencintai Dewi Pohaci dan berniat memperistri. Akan tetapi keinginan Batara Guru itu ditentang oleh Batara Narada sebab hal itu akan merusak citra Batara guru. Di samping itu, Batara Guru oleh Batara Narada dianggap melanggar hukum dan merusak agama sebab Dewi Pohaci diasuh dan disusui oleh Dewi Umah, istri Batara Guru. Jadi, Dewi Pohaci masih tergolong anak Batara Guru, dengan demikian perkawinan Batara Guru dan Dewi Pohaci tidak boleh terjadi.
Agar perkawinan tidak jadi, Batara Narada mencari akal. Diberinya Dewi Pohaci buah kloldi sehingga berhenti menyusu. Tapi karena ketagihan dan buah koldi itu tidak ada lagi, Dewi Pohaci jatuh sakit sehingga meninggal dunia. Mayat Dewi Pohaci diurus oleh Bagawan Sang Sri dan kuburannya dijaga siang malam sambil menyalakan dupa. Kemudian keluarlah dari dalam kuburan itu berjenis-jenis tanaman. Dari kuburan bagian kepala keluar kelapa, dari telinga keluar macam-macam padi ketan, dari tangan keluar enau, dari jari keluar macam-macam pohon bambu, dari tali ari-ari keluar tumbuhan menjalar, dari payudara keluar macam-macam buah-buahan, dan dari bagian tubuh yang berbulu macam-macam rerumputan. Pendek kata semua jenis pepohonan berasal dari tubuh Dewi Pohaci.
Semar ditugasi oleh Batara Guru Untuk membawa bibit-bibit tanaman itu ke negeri Pakuan yang dirajai Prabu Siliwangi. Istri Prabu Siliwangi bernama Dewi Nawang Wulan adalah putra Batara Guru. Maka dengan adanya bibit tanaman itu, negeri Pakuan menjadi subur makmur. Akan tetapi, Prabu Siliwangi dilarang mengetahui bagaimana Dewi Nawang Wulan menanak nasi. Jika Sang Prabu melanggar larangan akan jatuh talak kepada Nawang Wulan.
Tersebutlah Budug Asu yang diasuh Sapi Gumarang yang berada di Tegal Kapapan mencari Dewi Pohaci. Tiba di kuburan Dewi Pohaci, Budug Asu mengelilingi kuburan sebanyak tujuh kali. Setelah itu, Budug Basu meninggal dunia. Mayatnya oleh Kalamullah dan Kalamuntir dibawa keliling dunia sebanyak tujuh kali. Tetapi di tengah perjlanan mayat Budug Basu itu menjelma menjadi berjenis-jenis binatang bahkan peti mayatnyapun menjelma menjadi seekor badak. Kalamullah dan Kalamuntir, menjaga binatang-binatang itu menjadi sua bagian, yakni bagian darat dan bagian laut.
Sulanjana putra laki-laki yang diasuh Dewi Pratiwi, dititipi negeri Suralaya sebab Batara Guru dan Batara Narada akan turun ke bumi memeriksa negeri Pakuan, kedua batara itu menjelma menjadi burung pipit.
Tersebutlah Demu Awang dari negeri seberang akan membeli padi dari pakuan, karena padi-padi tersebut hanya titipan batara Guru, oleh putra Siliwangi permohonan Dempu Awang itu ditolak. Karena Dempu awang sakit hati, dimintanya bantuan Sapi Gumarang untuk merusak tanaman padi.
Sapi Gumarang dibantu oleh binatang-binatang jelmaan Budug Basu, merusak tanaman padi, sedangkan Sulanjana dan kedua orang adik perempuannya yang bernama Talimendang dan Talimenir, menjaga dan menyembuhkan padi atas perintah Batara guru. Terjadilah peperangan antara penjaga dan perusak. Akan tetapi aklhirnya Sapi Gumarang kalah dan berjanji akan mengabdi kepada Sulanjana asal pada setiap mulai menanam padi “disambat” (dipanggil secara batin), serta disediakan daun paku pada pupuhunan (tempat saji di ladang atau di sawah).
Prabu Siliwangi penasaran ingin melihat cara Nawang wulan menanak nasi. Dibukanya pada yang sedang dimasak. Maka Dewi Nawang Wulan kembali ke kahyangan. Namun sebelum pergi sempat berpesan terlebih dahulu agar membuat lesung, dulang, kipas, bakul dan periuk untuk menanak nasi. Prabu Siliwangi menyesal dan menghadap Batara guru minta pengampunan dan agar Dewi Nawang Wulan kembali ke Pakuan. Permohonan Sang Prabu ditolak, kemudian pulang ke Pakuan setelah menerima pelajaran bagaimana menanak nasi dan bercocok tanam yang baik. Dewa Anta oleh Batara Guru diturunkan ke bumi untuk menjaga padi.